Bukan Perang, Ini Tantangan Terbesar Budidaya Delima di Afghanistan

 


Sariagri - Buah delima merupakan salah satu komoditas unggulan Afghanistan. Bahkan komoditas ini telah menjadi pilihan para petani dan pelaku usaha pertanian di sana. 

Budidaya buah delima di Afghanistan telah berlangsung selama berabad-abad. Tak heran banyak warga yang menganggap delima sebagai buah nasional. Di tengah naik turunnya imperium, serbuan asing, revolusi dan perang saudara, aktivitas menanam buah delima tidak pernah berhenti.

Melansir alarab.co.uk, Senin (16/8/2021), surat kabar Pakistan Dawn pada 2006 melaporkan Hamid Karzai presiden saat itu menyebut kualitas buah delima negaranya yang terbaik di dunia.

Penurunan produksi buah delima akan memberikan pukulan telak bagi ekonomi negara. Tantangan terbesar dalam budidaya buah delima di Afghanistan bukan medan perang, tetapi perubahan iklim dan masalah lingkungan yang kurang mendapat perhatian selama konflik di negara itu. Secara khusus, para ahli Afghanistan menyoroti risiko penggurunan yang menghambat pertumbuhan tanaman seperti buah delima.

Sejak tahun 2006, lebih dari tiga perempat utara, selatan dan barat Afghanistan menderita penggurunan.

Situasi di Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan, menunjukkan betapa beratnya masalah yang dihadapi. Kandahar memiliki reputasi sebagai penghasil buah delima terbaik di Afghanistan. Pada tahun 2008, peneliti University of California, Davis memperkirakan pertumbuhan buah delima di Kandahar sekitar 20.000 metrik ton per tahun. Angka ini memang masih kalah dari California 17.000 metrik ton per tahun.

Kandahar dikenal sebagai penghasil buah delima terbaik di Afghanistan. Afghanistan mengembangkan 79 varietas buah delima di Provinsi Balkh, Helmand, dan Zabul. 

Perubahan iklim menjadi ancaman terbaru bagi buah delima dan petani Afghanistan. Petani harus beradaptasi dengan keadaan perang yang seolah tanpa akhir.

Pertempuran Taliban dengan pasukan keamanan Afghanistan mengganggu panen petani buah delima. Petani menuduh Taliban telah mengusirnya dari kebun mereka untuk menggali parit dan menanam ranjau di sana. Ada satu anekdot yang menggambarkan tentara Afghanistan membangun pos terdepan di kebun dan  menempatkan target militer utama tepat di sebelah buah delima.

Pada Oktober tahun lalu, Taliban melancarkan serangan ke Distrik Arghandab, Provinsi Kandahar. Serangan ini menghancurkan tanaman buah delima yang tidak terhitung jumlahnya di salah satu kota penghasil utama buah itu.

Serangan Taliban juga menyebabkan kematian sejumlah petani akibat menginjak ranjau yang dipasang Taliban di Perkebunan Distrik Arghandab selama operasi.

Ketika konflik Afghanistan menjadi berita utama, perubahan iklim telah meningkatkan perang pada pertanian Afghanistan. Pamflet CHAMP menyatakan Afghanistan adalah tempat lahirnya produksi delima dunia, dengan sejarah panjang dan kuno dalam ekspor internasional. Tantangan lainnya dalam budidaya delima adalah kekeringan. Bencana ini pernah terjadi di negara itu dari tahun 1998 hingga 2006. 

PBB memprediksi pada tahun 2030 kekeringan akan menjadi masalah yang berdampak pada degradasi lahan dan penggurunan. Sejak 1978 area yang dapat ditanami telah menurun sekitar 60 persen dan hanya menyisakan 12 persen dari lahan pertanian saat ini.

Dengan tantangan yang semakin meningkat, setiap upaya untuk menyelamatkan buah delima Afghanistan akan membutuhkan dukungan para pemangku kepentingan negara dan komunitas internasional. Terlepas dari permusuhan Taliban dengan pemerintah Afghanistan, kedua belah pihak dalam konflik saat ini mengakui pentingnya menjaga ekonomi negara.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama