Sariagri - Kisah petani milenial kali ini datang dari Ahmad Muhlisin (26), pria asal Yogyakarta yang sukses mengelola usaha pertanian hidroponik melon modern. Lisin sapaan akrabnya mengelola pertanian hidroponik melon yang diberi nama Bilmoon Indonesia bersama 2 rekan lainnya, yakni Bagus dan Igor. Tak main-main, dalam sebulan mereka bisa menghasilkan omset Rp90 juta hingga Rp100 juta.
"Kami (bertiga) memang secara umum disiplin ilmunya dari pertanian, tapi spesifikasinya berbeda. Bagus dari Kehutanan, Igor dari Agroteknologi dan saya Agribisnis. Awal mulanya kami bertiga mengobrol sesama pecinta hidroponik, terus punya sedikit lahan penelitian," ujar Lisin kepada Sariagri.
"Dari ngobrol itu muncul ide bagaimana caranya bikin usaha dengan tujuan memajukan pertanian Indonesia. Akhirnya terciptalah brand yang namanya Bilmoon Indonesia di awal 2021," sambungnya.
Lisin mengatakan awalnya ia dan rekan-rekannya mengelola kebun orang untuk ditanami hidroponik. Setelah panen perdana, akhirnya mereka membranding Bilmoon di pasaran dengan penjualan melon. Setelah pemasaran berhasil dilakukan, mulailah mendapat pedagang, supplier atau supermarket yang lebih luas.
"Ternyata buah yang kita tanam itu dan rawat pertama kali itu reaksi pasar positif banget. Bahkan ada yang bilang kualitas kita setara lah dengan produk impor," ujarnya.
Kelola 3 Greenhouse Hidroponik Melon
Hidroponik melon dari Bilmoon Indonesia (Istrimewa)
Lisin mengatakan bahwa kini Bilmoon mengelola total 3 greenhouse dengan luasan 2.500 hektar. Adapun kapasitas di kebun tersebut mencapai 9.000 pokok tanaman. Ia menanam berbagai jenis melon, mulai dari melon sky rock, cantaloupe, camoy dan honeyglobe.
"Pasar hampir semua meminati jenis ini. Kita tanam jenis ini karena memang permintaannya ada. Kalau dari Campoy itu sedikit tapi juga lumayan (permintaan) 1 ton per minggu," jelasnya.
Dalam sebulan ia mengaku bisa mencapai hasil panen 1 ton di setiap 1 greenhouse.
"Bilmoon berkaca dari penjualan pertama, dari segi marketing kita coba melebarkan sayap. Jadi kita beberapa supplier di jakarta,bandung dan saurabaya. Kemudian online shop end user seperti itu yang mereka jual buah. Kalau omset atau labar kotor, berarti sekitar Rp90 sampai Rp100 juta," pungkasnya.
http://dlvr.it/SNgcrB
http://dlvr.it/SNgcrB